Jumat, 27 November 2009

Resensi Buku

Laskar Pelangi, walau dengan kualitas kertas di bawah buku Sang Pemimpi maupun Edensor, adalah ”ruh” awal yang diletakkan oleh Andrea untuk buku selanjutnya : Sang Pemimpi dan Edensor. Walau di dalam Sang Pemimpi dan Edensor, tokoh-tokoh awal Laskar Pelangi hanya disinggung sedikit, dan seakan sambil lalu. ”Ruh” awal sesungguhnya adalah jiwa atau pribadi si tokoh cerita : Ikal. Ikal tokoh tengil, cerdas, rendah hati, mudah penasaran terhadap sesuatu yang baru, suka bertualang, romantis, bertanggungjawab, mempunyai kegigihan dalam mencapai sesuatu, dan secara visual berambut keriting. Kegigihan dan kepercayaan akan tercapainya sesuatu digambarkan bukan serta merta tumbuh dari diri Ikal, namun di-”inisiasi” oleh tokoh-tokoh dan kondisi lingkungan Ikal sehari-hari. Tokoh Ikal terbaca sebagai Andrea Hirata. Karena Andrea bercerita mengalir seakan kenangan tersebut terekam kembali di pelupuk mata. Dalam sebuah situs Andrea mengaku novel ini awalnya hanya merupakan catatan kenangan terhadap masa kecilnya di Belitong (bahkan juga pengalaman kehidupan dewasa yang dialaminya baru-baru saja dalam Edensor, dan agak baru dalam Sang Pemimpi).

Novel ini mengangkat kisah perjalanan hidup sang penulis. Pada saat itu sang penulis akan diterima pada Sekolah Dasar Swasta dan mulai menjalani kehidupan bersekolah saat menduduki awal bangku SD sampai dengan tamat bangku SMP bersama dengan teman-teman sekelasnya yang hanya berjumlah 9 orang di sekolah yang bernama SD Muhammadiyah. Karena jumlah siswanya yang terlalu sedikit, hampir-hampir sekolah ini ditutup lantaran jumlah muridnya dalam 1 kelas tidak memenuhi kuota yang telah ditetapkan oleh Dinas Pendidikan saat itu yaitu minimal 10 murid siswa per kelasnya. Di saat yang mendebar-debarkan akhirnya ada seorang calon murid terakhir yang akhirnya diterima sehingga mengenapi angka ganjil menjadi 10 murid siswa. Perkenalanpun dimulai di antara mereka dengan menyebutkan nama masing-masing di depan ruang kelas. Lambat laun mereka menjadi sebuah “tim” yang solid dan kompak, mereka saling tolong-menolong apabila diantara mereka mendapatkan kesulitan. Mereka, Sang Penulis beserta teman-teman sekelasnya yang berjumlah 10 orang menyebut diri mereka Laskar Pelangi. Sekolah Muhammadiyah berada di pedalaman yang jauh dari pusat kota yang terletak di Pulau Belitong. Pulau Belitong bukanlah suatu pulau yang daratannya cocok untuk bertani dan bercocok tanam. Namun Pulau Belitong adalah pulau yang kaya akan kandungan timah. Sekolah di mana tempat mereka belajar, bukanlah sekolah elite dan mewah yang memiliki segala fasilitas pendukung pembelajaran seperti sekolah lainnya yang dideskripsikan di buku ini sebagai sekolah PN (Perusahaan Negara). Sekolah mereka hanya sebuah bangunan tua yang rapuh, reyot dan terbengkalai sehingga apabila kita melihatnya maka sedikitpun tidak akan menumbuhkan minat untuk belajar pada sekolah ini, dengan kata lain sekolah ini biasa disebut dengan sekolah Kampung. Strata ekonomi orang tua mereka adalah berasal dari golongan tidak mampu. Rata-rata mata pencaharian orang tua mereka berasal dari profesi buruh tambang dan nelayan. Di akhir cerita ini akan ada pendatang baru yang membuat kelompok mereka bertambah jumlahnya menjadi 11 orang. Seorang gadis tomboy dari keluarga kaya raya. Ayahnya adalah seorang berpendidikan tinggi dan memiliki pengaruh pada suatu perusahaan milik BUMN di Pulau Belitong. Sangat kontras bila membandingkannya dengan murid-murid Laskar Pelangi lainnya. Dengan kedatangan pendatangan baru yang bernama Flo pada akhir cerita ini, alur cerita semakin menarik dan petualangan kehidupan para Laskar Pelangi lebih banyak melewati cobaan, rintangan, tantangan, dan pertentangan yang pada saat membacanya akan membuat kita selalu penasaran seperti apa ujung dari akhir cerita ini.

Laskar Pelangi sesungguhnya adalah wajah kehidupan sebagian besar anak-anak Indonesia di era tahun 70 – 80’an, atau bahkan saat ini. Dalam Laskar Pelangi kita diajak oleh Ikal untuk bertualang bersama anggota Laskar Pelangi yang lain : Lintang, Trapani, Mahar, Borek, Kucai, Sahara, A Kiong, Syahdan, dan Harun. Sepuluh anak. Memenuhi syarat agar SD Muhammadiyah Belitong masih tetap ada! Dalam Laskar Pelangi ini Ikal berkenalan dengan A Ling, kekasih platonisnya, yang selalu menyemangati hidup Ikal hingga dalam buku Edensor.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar